Sebelumnya, gue mau jawab beberapa pertanyaan dulu.
Ca, kok sekarang post nya di blogspot sih? Bukan di twitlonger lagi?
Alasan utamanya adalah karena blogspot ngasih fasilitas yang cukup buat nulis. Sedangkan twitlonger, kurang nyaman buat gue. Di blogspot kita bisa atur tulisan kita, bisa italic, bold sampe underline. Sedangkan di twitlonger, kita cuma bisa nulis biasa aja. Dan cerita gue itu membutuhkan huruf miring, jadilah gue pindah ke blogspot. Alasan ke dua, twitlonger itu suka ngaco paragrafnya, yang bikin gue suka kerja dua kali sampe akhirnya ngaret dari waktu ngepost yang udah gue targetin. Jadilah kadang gue suka males ngelanjutin.
Kenapa gak nulis di its1DIndonesia & kenapa pisah fanfiction nya?
Siapa bilang nggak nulis lagi? Masih kok! Tapi kalo ada job aja. Dan kenapa fanfiction ini misahin diri, kenapa yaa, sebenernya lebih ke sadar diri aja sih. Sekarang udah ada 1D Novel, Cergung, NLS dan fanfiction lainnya. Yang lebih sering update part, dan jalan cerita yang lebih mateng. Sedangkan cerita gue, udah acakadul, ada banyak, suka nggak lanjut pula. Daripada merugikan, mending fanfiction gue keluar aja. Karena jujur aja, tadinya gue udah nggak mau lanjut lagi. Soalnya apa? Tujuan gue buat fanfiction ini kan sebenernya karena gue pengen pembaca seneng dan akhirnya follow its1D, karena kebetulan dulu adminnya baru dua. Tapi sekarang udah ada lima, udah banyak admin yang sukarela bikin fanfiction, jadi menurut gue itu cukup. Iya nggak?
Kenapa lo tadinya nggak mau lanjut sih?
Krisis percaya diri. Hahaha. Gue sempet nggak percaya diri mau lanjutin fanfiction gue yang nggak jelas, terlalu baku dan norak. Apalagi gue liat fanfiction admin lain dan account lain yang kayaknya pada bagus-bagus. Tapi karena ternyata masih banyak yang nungguin (makasih banyak ya <3) jadi gue putusin buat ngelanjutin, walaupun nggak tentu dan nggak terjadwal. Gue lanjutin kalo ada mood aja, dan kalo emang pengen. Soalnya, itu intinya nulis kan? Buat apa maksain nulis kalo mood lo buat nulis nggak ada. Buat apa nulis kalo sebenernya otak lo lagi kosong? Sama aja buang-buang tenaga, dan gue nggak mau tulisan gue cuma jadi tulisan kosong yang maknanya nggak ada, walaupun gue juga nggak 100% yakin cerita yang selama ini gue buat bermakna. Hahaha.
Jadi fanfiction ini lanjut karena kalian, buat kalian, khusus untuk kalian dan didedikasikan buat kalian yang udah baca dari 0. Makasih yaa!
Dan part 9 ini gue bagi jadi dua, 9 A dan 9 B. Kenapa? Soalnya part 9A ini pendek banget, dan gue nggak mau satu part itu pendek, jadi gue bagi dua.
DAN MAAF KALO ADA YANG TYPO.
---
One Direction Love Story PART 9 A
Anna benar-benar merasa hidupnya berhenti total. Berarti perkataan Zayn tadi alam, perlakuannya, semua itu, karena cowok itu memutuskan untuk mennggalkannya? Disaat Anna tau pasti bagaiman perasaan cowok itu, kenapa justru ia malah pergi, meninggalkan Anna sendiri dalam ketidak pastian dan kebingungan. Bingung? Jelas. Di satu sisi ia mempunyai Niall dan ia mengakui kalau cowok itu merubah hidupnya jadi jauh lebih indah. Tapi di sisi lain, jauh dari dalam hatinya, sebenarnya Anna membutuhkan Zayn. Entah sejak kapan cowok itu mencuri hatinya, tapi cowok itu bagai zat terlarang, buat candu bagi Anna, khususnya.
Anna sekarang berada di dermaga, otaknya secara tidak sadar mereka ulang apa yang telah terjadi padanya dan Zayn. Dia tidak bisa menahan, tapi akhirnya air mata itu jatuh juga. Hei, dia seharusnya tidak sejatuh ini. Kalaupun ia sedih... Ia masih mempunyai Niall!
Melihat reaksi Anna saat mengetahui kalau Zayn sudah kembali membuat Niall nelangsa. Di satu sisi dia merasa jealous dengan Zayn, tapi di sisi lain dia merasa dalam cerita ini, dia lah yang salah. Dia lah yang menyebabkan kedua manusia itu tidak bersama, padahal dia tau kalau mereka berdua sebenarnya ada apa-apa, dari dulu.
Raut wajah Zayn tadi pagi saat ia bilang ia akan kembali, benar-benar penuh dengan beban. Apalagi saat cowok itu melewati kamar Anna, dan berdiri di sana sebentar sebelum menghela napas dan pergi. Niall menganggap Zayn kakaknya sendiri, dan melihat Zayn sejatuh itu karena Anna, membuat dirinya kasian sekaligus merasa bodoh, telah merebut gadis yang berhasil merebut hati dingin kakaknya itu.
Dengan perang batin beberapa saat, dan saat dirinya sudah yakin akan keputusannya, Niall meraih ponselnya dan mengetik sesuatu.
To : Zayn Malik
Kau salah. Anna membutuhkanmu. Sama sepertimu yang akan hancur kalau jauh darinya. Kembali, tolong, demi dia.
Zayn duduk di sofa rumahnya dengan pandangan menerawang. Dia baru saja kembali, dan memutuskan untuk pulang ke rumah saja daripada ke tempat yang tidak jelas, berhubung dia pulang hanya sendirian. Mamanya, bisa melihat raut Zayn yang tak secerah biasanya, ia tau pasti ada alasan kuat mengapa cowok itu pulang dari 'liburan' nya. Pulang sendiri, pula. Tapi Trisha juga tidak akan bertanya ada apa, biar anaknya sendiri nanti yang memberi taunya, kalau sudah siap.
Zayn menyandarkan tubuhnya di tempat tidur, sudah dari pagi dia sampai rumah, sekarang sudah malam dan dia tidka berniat melakukan apa-apa selain duduk di sofa ruang tamunya, dengan tv yang menyala walaupun sebenarnya pikirannya seratus persen tidak mengarah pada acara yang di siarkan tv tersebut.
Sebenarnya dia masih memikirkan gadis itu, siapa lagi kalau bukan Anna?
Dia sebenarnya menyesal harus pergi, tapi harus bagaimana lagi? Niall sudah dia anggap adiknya sendiri --dan Niall menyayangi Anna. Mereka berdua menyayangi Anna. Dan Zayn yakin Anna bisa menjaga Anna... untuknya.
Drrttt Drrrttt!
Zayn membuka matanya yang sedari terpejam, lalu meraih ponselnya dengan malas-malasan. Dia agak sedikit tersentak saat membaca siapa pengirimnya, terlebih dengan isi smsnya.
From : Niall Horan
Kau salah. Anna membutuhkanmu. Sama sepertimu yang akan hancur kalau jauh darinya. Kembali, tolong, demi dia.
Zayn tertegun. Maksudnya? Apakah Niall sudah mundur? Mundur? Karenanya?
Tapi Anna juga hanya bisa diam saat ia bisa merasakan sosok lain duduk disampingnya, Niall.
Niall, duduk di samping Anna dengan hati yang menurutnya sudah siap.
"Mash sedih?" tanya Niall memecahkan keheningan, membuat Anna tersentak.
"Hah? Ah? Oh.. Sedih? Sedih apanya?" tanya Anna gugup.
"Tak usah bohong, Anna. Aku bisa melihatnya." ucap Niall santai. Anna tercengang.
"Kamu bicara apa sih?!"
"Kau sedih. Karena Zayn. Iya kan?"
"Tidak! Kamu ini apa sih? Kamu tau sekarang status kita apa, kan? Bisa-bisanya kamu.."
"Tidak apa, Anna, aku bisa melihatnya. Aku tidak akan marah." kali ini, Niall terlihat lebih santai dan menenangkan. Cowok itu memutar tubuhnya menghadap Anna, memegang bahu gadis itu dan menatap matanya dalam.
"Jujur, Anna. Kau sedih, kan?" Anna menatap mata Niall.
"Iya aku sedih, ta-tapi.."
"Itu dia poinnya. Kau sedih, dan aku tau. Aku tidak marah, karena sebenarnya di sini aku yang salah." ucap Niall.
"Ma-maksudmu?"
"Zayn menyayangimu, Anna. Bahkan sepertinya lebih dari aku."
"Ta-tapi.."
"Kejar dia, Anna. Ini memang klise tapi asal kamu bahagia, kamu tau, aku juga. Aku percaya pada Zayn." ucap Niall yakin. Membuat Anna.
"Kamu ini bicara apa, sih? Tidak. Jelas-jelas tidak! Yang aku butuhkan itu kamu." Anna mulai menangis, kali ini lebih deras daripada tadi, saat ia menangisi Zayn.
Niall terdiam. Sebenarnya dia sudah mempertimbangkan ini dan yakin kalau ini jalan yang benar tapi mata Anna... Membuat Niall mengurungkan niatnya, lalu merengkuh gadis itu dan menenggelamkan kepala gadis itu di dadanya sambil mengelus rambutnya.
"Sssh. Ya, ya. Maafkan aku. Maaf. Aku percaya padamu." ucap Niall, berusaha menenangkan Anna. Sepertinya dia sama sekali tidak bisa meningalkan Anna, kalaupun ia mau.
Zayn masih duduk di sofanya. Kali ini dia yakin dia bisa dikira lumpuh karena sedari tadi tidak beranjak dari sofa itu. Sampai ia merasakan ada yang menutup matanya.
"Tebak siapa!"
Zayn menghela napas.
"Perrie?" (BINGUNG NAMANYA SIAPA, TERIMA AJA YA. NO HATEEEE) Perrie tertawa kecil, lalu melepas tangannya dan duduk di sebelah Zayn.
"Akhirnya kau pulang!!" seru Perrie senang. Zayn tersenyum kecil.
"Bagaimana Indonesia? Tidak se enak di sini kan?" ucap Perrie sambil tersenyum. Zayn mengangguk, setengah menggeleng. Dia tidak tau harus menjawab apa.
Perrie adalah sahabatnya dari kecil, oh, mungkin buatnya Perrie hanya sekedar teman, teman dari kecil, karena sebenarnya dia kurang suka pribadi Perrie yang suka seenaknya dan tidak sopan.
"Mau jalan?" tawar Perrie. Zayn menggeleng.
"Maaf, tapi aku lelah sekali."
"Hey! Ayolah, kau sudah berdiam diri di sini seharian, kau pikir aku tidak tau?" goda Perrie. Zayn menghela napas, sebelum akhirnya dia mengangguk dan berdiri.
"NIALL! KEMBALIKAN AYAMKUUUUUU!" teriak Anna kesal. Niall hanya tertawa sambil tetap membawa ayam Anna pergi.
"Kau sudah makan terlalu banyak." ledek Niall. Anna cemberut, baru saja baikan, udah cari ribut!!
"BODO AMAAAAT!!!" ucap Anna dengan bahasa yang jelas saja Niall tidak mengerti.
"Kau bicara apa? Hahaha, ya sudah, ini ini." ucap Niall sambil memberikan ayamnya. Anna melengos.
"Sudah tidak napsu." ucap Anna. Niall tertawa kecil.
"Yaah, jangan ngambek dong."
"Tidak ngambek, aku cuma mau tidur."
"Benar?" tanya Niall khawatir. Anna tertawa kecil.
"Iya, emang kamu kira aku cewek apa yang gampang marah, huh?" tanya Anna. Niall tertawa, lalu memeluk Anna singkat dan mengecup kening Anna cepat.
"Selamat tidur!" ucap Niall sebelum Anna hilang dari balik tangga. Sepeninggal Anna, Niall tersenyum kecil. Gadis itu, memang miliknya.
Sesuatu di televisi, sebuah berita artis dunia, yang jelas tidak asing bagi Anna. ZAYN!
Berita itu sungguh tidak mengenakkan, terlebih karena berita itu..
"ZAYN AND PERRIE."
Maaf kalo nggak jelas. Part 9B aku post sabtu malem atau minggu ya, disitu klimaksnya. Disini nggak jelas karena aku nggak masukin poin apa-apa disini. Jadi bersabarlah nunggu part 9B, oke? :)
